Jika anda berkunjung ke komplek Candi Muara Takus ini, anda bisa mempelajari dan menapak tilas sejarah peradaban manusia terdahulu sebagai cikal bakal berkembangnya manusia di negeri Kampar yang dahulu bernama Negeri Minanga Kampua.
Letak candi ini berada di atas bukit di tepian Sungai Kampar. Namun sejak dibangunnya waduk PLTA Koto Panjang membuat komplek Candi Muara Takus ini hampir 70 persen dikelilingi oleh waduk dan pepohonan rimbun.
Selain itu, anda juga bisa menikmati bukit hijau yang memberikan suasana sejuk dan alami sehingga membuat pengunjung nyaman menapak tilas sejarah di komplek candi yang konon adalah candi tertua di Pulau Sumatera ini.
Seiring dengan semakin terkenalnya situs candi ini bahkan ke dunia internasional, Pemerintah Kabupaten Kampar terus berupaya melengkapi sarana dan prasarana penunjang bagi wisatawan yang berkunjung.
Untuk mewujudkan itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau pada tahun 2017 akan membangun akses jalan yang layak ke situs Candi Muara Takus ini.
Situs Candi Muara Takus dikelilingi oleh tembok berukuran 74 x 74 meter yang terbuat dari batu putih dengan tinggi tembok ± 80 centimeter. Di luar arealnya terdapat pula tembok tanah berukuran 1,5 x 1,5 kilometer mengelilingi kompleks ini sampai ke pinggir Sungai Kampar Kanan.
Di dalam kompleks ini terdapat beberapa bangunan candi yang disebut dengan Candi sulung atau tua, Candi Bungsu, Mahligai Stupa dan Palangka.
Para pakar purbakala belum dapat menentukan secara pasti kapan situs candi ini didirikan. Ada yang mengatakan abad ke-4, ada yang mengatakan abad ke-7, abad ke-9 bahkan pada abad ke-11. Namun candi ini dianggap telah ada pada zaman keemasan Sriwijaya, sehingga beberapa sejarawan menganggap kawasan ini merupakan salah satu pusat Candi Muara Takus adalah situs candi tertua di Sumatera, merupakan satu-satunya situs peninggalan sejarah yang berbentuk candi di Riau.
Candi yang bersifat Buddhis ini merupakan bukti bahwa agama Buddha pernah berkembang di kawasan ini. Candi ini dibuat dari batu pasir, batu sungai dan batu bata. Berbeda dengan candi yang ada di Jawa yang dibuat dari batu andesit yang diambil dari pegunungan. Bahan pembuat Candi Muara Takus, khususnya tanah liat, diambil dari sebuah desa yang bernama Pongkai, terletak kurang lebih 6 km di sebelah hilir situs Candi Muara Takus.
Nama Pongkai kemungkinan berasal dari Bahasa Tionghoa, Pong berati lubang dan Kai berarti tanah, sehingga dapat bermaksud lubang tanah, yang diakibatkan oleh penggalian dalam pembuatan Candi Muara Takus tersebut.
Bekas lubang galian itu sekarang sudah tenggelam oleh genangan waduk PLTA Koto Panjang. Namun dalam Bahasa Siam, kata Pongkai ini mirip dengan Pangkali yang dapat berarti sungai, dan situs candi ini memang terletak pada tepian sungai.
Bangunan utama di kompleks ini adalah sebuah stupa yang besar, berbentuk menara yang sebagian besar terbuat dari batu bata dan sebagian kecil batu pasir kuning. Di dalam situs Candi Muara Takus ini terdapat bangunan candi yang disebut dengan Candi Tua, Candi Bungsu, Stupa Mahligai serta Palangka.
Selain bangunan tersebut di dalam komplek candi ini ditemukan pula gundukan yang diperkirakan sebagai tempat pembakaran tulang manusia. Sementara di luar situs ini terdapat pula bangunan-bangunan (bekas) yang terbuat dari batu bata, yang belum dapat dipastikan jenis bangunannya.
Candi Mahligai
Candi Mahligai atau Stupa Mahligai, merupakan bangunan candi yang dianggap paling utuh. Bangunan ini terbagi atas tiga bagian, yaitu kaki, badan, dan atap.
Stupa ini memiliki pondasi berdenah persegi panjang dan berukuran 9,44 meter x 10,6 meter, serta memiliki 28 sisi yang mengelilingi alas candi dengan pintu masuk berada di sebelah Selatan.
Pada bagian alas tersebut terdapat ornamen lotus ganda, dan di bagian tengahnya berdiri bangunan menara silindrik dengan 36 sisi berbentuk kelopak bunga pada bagian dasarnya. Bagian atas dari bangunan ini berbentuk lingkaran.
Menurut Snitger, dahulu pada ke-empat sudut pondasi terdapat 4 arca singa dalam posisi duduk yang terbuat dari batu andesit. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yzerman, dahulu bagian puncak menara terdapat batu dengan lukisan daun oval dan relief-relief sekelilingnya.
Bangunan ini diduga mengalami dua tahap pembangunan. Dugaan in didasarkan pada kenyataan bahwa di dalam kaki bangunan yang sekarang terdapat profil kaki bangunan lama sebelum bangunan diperbesar.
Candi Tua
Candi Tua atau Candi Sulung merupakan bangunan terbesar di antara bangunan lainnya di dalam situs Candi Muara Takus. Bangunan ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kaki, badan, dan atap. Bagian kaki terbagi dua.
Ukuran kaki pertama tingginya 2,37 meter sedangkan yang kedua mempunyai ketinggian 1,98 meter. Tangga masuk terdapat di sisi Barat dan sisi Timur yang didekorasi dengan arca singa.
Lebar masing-masing tangga 3,08 meter dan 4 meter. Dilihat dari sisa bangunan bagian dasar mempunyai bentuk lingkaran dengan garis tengah ± 7 meter dan tinggi 2,50 meter. Ukuran pondasi bangunan candi ini adalah 31,65 meter x 20,20 meter. Pondasi candi ini memiliki 36 sisi yang mengelilingi bagian dasar.
Bagian atas dari bangunan ini adalah bundaran. Tidak ada ruang kosong sama sekali di bagian dalam Candi Sulung. Bangunan terbuat dari susunan bata dengan tambahan batu pasir yang hanya digunakan untuk membuat sudut-sudut bangunan, pilaster-pilaster, dan pelipit-pelipit pembatas perbingkaian bawah kaki candi dengan tubuh kaki serta pembatas tubuh kaki dengan perbingkaian atas kaki.
Berdasarkan penelitian tahun 1983 diketahui bahwa candi ini paling tidak telah mengalami dua tahap pembangunan. Indikasi mengenai hal ini dapat dilihat dari adanya profil bangunan yang tertutup oleh dinding lain yang bentuk profilnya berbeda.
Candi Palangka
Bangunan candi ini terletak di sisi timur Stupa Mahligai dengan ukuran tubuh candi 5,10 meter x 5,7 meter dengan tinggi sekitar dua meter. Candi ini terbuat dari batu bata, dan memiliki pintu masuk yang menghadap ke arah utara. Candi Palangka pada masa lampau diduga digunakan sebagai altar.
Tekstur Bangunan
Bangunan komplek candi ini sangat besar dan megah. Terdapat tiga jenis bebatuan yang berbeda, yaitu batu sungai, batu bata pasir, dan tanah. Arsitektur stupa dan bangunannya pun mirip dengan candi-candi di Myanmar.
Anda bisa berjalan mengelilingi candi ini dan juga berfoto. Tempatnya sangat asri, bersih dan nyaman untuk dikunjungi.
Candi ini pun digunakan oleh Sriwijaya untuk menyebarkan dan mengajarkan agama Buddha. Letaknya yang strategis, di dekat Sungai Kampar, menjadikan tempat persinggahan yang strategis bagi para pelancong dan masyarakat sekitar pada masa silam untuk mempelajari agama Buddha.
Candi Muara Takus adalah destinasi wisata yang menarik di Kabupaten Kampar. Sempatkanlah berkunjung ke sana untuk menghayati dan mempelajari warisan dari peradaban umat manusia peninggalan masa lalu.(I2A/***)
No comments:
Post a Comment